Rabu, 20 Maret 2013

MAKALAH LENGKAP ELIMINASI URINE



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.
Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran feses melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.

1.2  Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan dalam kebutuhan eliminasi urin ?
1.3  Tujuan
1.3.1   Tujuan Umum
Untuk mempelajari eliminasi urin
1.3.2   Tujuan Khusus
1.3.2.1 Menjelaskan anatomi fisiologisistem perkemihan
1.3.2.2 Menjelaskan konsep pemenuhan kebutuhan eliminasi urine
1.3.2.3 Menjelaskan proses perkemihan
1.3.2.4 Menjelaskan masalah eliminasi urin
1.3.2.5 Menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urine
1.3.2.6 Menjelaskan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan urin
1.4  Manfaat
Mengetahui dan dapat memahami konsep kebutuhan eliminasi urin beserta anatomi fisiologi sistem perkemihan dan proses perkemihan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin
2.1.1 Anatomi fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).







Susunan Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
Ginjal (Ren)
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Fungsi ginjal
a.         Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b.        Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
c.         Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
d.        Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, angsa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.


Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1.      Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2.      Lapisan tengah lapisan otot polos
3.      Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
1.      Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2.      Tunika muskularis (lapisan berotot).
3.      Tunika submukosa.
4.      Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :
1.    Urethra pars Prostatica
2.    Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
3.    Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan:
1.        Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter uretra menjaga agar uretra tetap tertutup.
2.        Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3.        Lapisan mukosa.
Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1.        Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.
2.        Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3.        Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
4.        Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5.        Berat jenis 1,015-1,020.
6.        Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
1.        Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2.        Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin.
3.        Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4.        Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5.        Toksin.
6.        Hormon.
Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
1.    Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2).
2.    Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
Ciri-Ciri Urin Normal
1.        Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.
2.        Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3.        Baunya tajam.
4.        Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
2.1.2 Proses Berkemih
1. Proses Filtrasi ,di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrate glomerulus.

2. Proses Reabsorbsi
          Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal.
          Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
1.      Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2.      Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.
3.      Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
4.      Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
5.      Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
6.      Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
7.      Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
8.      Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
9.      Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10.  Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.
11.   Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
12.  Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

2.1.4   Masalah Eliminasi Urin
Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum. Salah satu yang tersering ialah gangguan urine.
Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain :
a.       Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
1.        Operasi pada daerah abdomen bawah.
2.        Kerusakan ateren
3.        Penyumbatan spinkter.
Tanda-tanda retensi urine :
1.        Ketidak nyamanan daerah pubis.
2.        Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
3.        Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
4.        Meningkatnya keinginan berkemih.
5.        Enuresis

b.      Eniorisis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari. Kemungkinan peyebabnya :
1.        Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
2.        Kandung kemih yang irritable
3.        Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
4.        ISK atau perubahan fisik atau revolusi.

c.       Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensia
·      Inkontinensia Fungsional/urgensi
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine karena kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Faktor Penyebab:
1.    Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
2.    Penurunan tonur kandung kemih
3.    Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
4.    Lingkungan
5.    Lanjut usia.
·                Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab:
1.    Inkomplet outlet kandung kemih
2.    Tingginya tekanan infra abdomen
3.    Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
4.    Lanjut usia.

·                Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
1.    Penurunan Kapasitas kandung kemih.
2.    Penurunan isyarat kandung kemih
3.    Efek pembedahan spinkter kandung kemih
4.    Penurunan tonus kandung kemih
5.    Kelemahan otot dasar panggul.
6.    Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
7.    Perubahan pola
8.    Frekuensi
9.    Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.
10.                        Urgency
11.                        Perasaan seseorang harus berkemih.

2.2 Asuhan Keperawatan dengan Pemenuhan Kebutuhan Urin
2.2.1 Pengkajian
1. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya. Frekuensi berkemih bergantung ada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu berkemih pada malam hari.
2. Pola berkemih
·      Frekuensi berkemih
Frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam.
·      Urgensi
Perasaan sesorang untuk berkemih seperti seseorang sering ke toilet karena takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
·      Disruria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan demikianlah dapat ditemukan pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria, dan uretra.
·      Poliuria
Keadaan produksi urin yang abnormal pada jumlah yang besar tanpa adanya peningkatan asupan cairan.
·      Urinaria supresi
Keadaan produksi urin yang berhenti secara mendadak.
3.    Volume Urin
Volume urin menentukan berapa jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam.
4.    Faktor yang mempengaruhi kebiasaaan buang air kecil
a.     Diet
b.    Gaya hidup
c.     Stres psikologis
d.    Tingkat aktivitas
5.    Karakteristik urin
Warna
*   Normal                        : pucat, kekuningan, kuning coklat.
*   Merah gelap     : perdarahan diginjal / ureter
*   Merah terang   : perdarahan KK atau uretra
*   Coklat gelap    : peningkatan bilirubin akibat disfungsi hati bila dikocok busa kuning.
Kejernihan
*   Normal                                    : transparan
*   Peningkatan protein    : keruh atau berbusa
*   Bakteri                         : pekat dan akeruh.
*   Bau                              : Amonia
*   Urin berbau buah         : DM dan kelaparan akibat aseton dan asam asetoasetik.
Pemeriksaan urin
*        Urinalisis
*        Berat jenis urin
*        Kultur urin
*        Pemeriksaan Urin (pengumpulan urin)
*        Acak
*        Bersih tapi tidak harus steril
*        Untuk urinalisis/ mengukur BJ, PH, kadar glukosa
*        Cara : klien berkemih dalam wadah urin yg bersih
*        Klien berkemih sebelum defekasi.
*        Spesimen midstream
*        Memperoleh spesimen yg relatif bebas mikroorganisme
*        Untuk kultur dan sensitivitas urin
*        Bersihkan genetalia dengan benar
*        Urin pertama jgn ditampung baru pertengahan ditampung
*        Spesimen steril
*        Diambil mll kateter

2.2.2        Diagnosa Keperawatan
a.    Nyeri berhubungan dengan
·           Inflamasi uretra
·           Obstruksi pd uretra
·           Defisit perawatan diri: toileting yg berhubungan dengan
·           Keterbatasan mobilitas
·           Kerusakan integritas kulit / resiko kerusakan integritas kulit b.d
·           Inkontinensia urin
·           Perubahan eliminasi urin
·           Kerusakan sensorik motorik
·           Resiko infeksi berhubungan dengan
·           Higiene personal yg tidak baik
·           Insersi kateter uretra
b.        Inkontinensia fungsional berhubungan dengan
·           Terapi deuretik
·           Keterbatasan mobilitas
c.         Inkontinensia refleks berhubungan dengan
·           Penggunaan anestesi untuk pembedahan
·           Inkontinensia stress berhubungan dengan
·           Peningkatan tekanan intraabdominal
·           Kelemahan otot panggul
·           Inkontinensia urgensi
·           Iritasi mukosa kendung kemih
·           Penurunan kapasitas kandung kemih
·           Retensi urin
·           Obstruksi leher kandung kemih

2.2.3        Intervensi
§   Tingkatkan kesehatan untuk memelihara serta melindungi fungsi sistem kemih yang sehat
§   Penyuluhan klien
§   Tingkatkan perkemihan normal
§   Wanita jongkok / duduk
 meningkatkan kontraksi otot panggul dan intra abdomen.
yang membantu mengontrol sfingter serta membantu kontraksi kandung kemih.
§   Laki-laki  berdiri.
§   Stimulus sensori : suara air yang mengalir, menepuk paa bagian dalam, meletakkan tangan dlm panci berair.
§   Mempertahankan kebiasaan eliminasi
§   Mempertahankan asupan cairan yg adekuat
 mengekskresikan partikel yg dapat berkumpul dlm sistem perkemihan.
2000 s.d 2500 ml / hari, but 1200 s.d 1500 biasanya adekuat.
§   Hindari minum 2 jam sebelum tidur nokturia
§   Meningkatkan pengosongan kandung kemih secara lengkap.
§   Pencegahan infeksi
§   Pemeliharaan pirenium yang baik
§   Asupan cairan yang adekuat
meningkatkan  pengeluaran urin & mikroorganisme dari uretra
§   Mengasamkan urin
menghambat pertumbuhan bakteri
§   Mempertahankan kebiasaan eliminasi
§   Obat-obatan (merelaksasikan kandung kemih, menstimulasi kontraksi kandung kemih, merelaksasi otot polos prostat.
            Perawatan Akut
Ø Kateterisasi
Ø Memasukkan selang plastik aau karet mll uretra ke kandung kemih.
Ø Tipe kateter.
Ø Indweling/intemiten  kateter lurus sekali pakai
Ø Kateter menetap/ foley kateter menetap untuk periode waktu tertentu
Ø Kateter caude ujungnya melengkung, untuk pria yang mengalami pembesaran prostat
Ø Indikasi pemasangan kateter intermiten
Ø Meredakan rasa tidak nyaman akibat distensi kandung kemih
Ø Mengambil spesimen urin steril
Ø Mengkaji residu urin setelah pengosongan kandung kemih
Ø Penatalaksanaan jangka panjang klien yang mengalami cidera medula spinalis
Ø Indikasi pemasangan kateter meneta sementara
Ø Obstruksi pd aliran urin (pembesaran prostat)
Ø Perbaikan kandung kemih, uretra dan struktur disekeliling mll embedahan
Ø Mencegah obstruksi uretra akibat adanya bekuan darah
Ø Mengukur haluran urin
Ø Irigasi kandung kemih
Ø Keteter menetap jangka panjang
Ø Retensi urin berat
Ø Ruam kulit, ulkus dan iritasiakibat kontak dgn urin
Ø Penderita penyakit terminal
Ø Perawatan restorasi
Ø Menguatkan otot panggul
Ø Kegel exercise meningkatkan kontraksi otot dasar panggul.
Ø Mempertahankan integritas kulit
Ø Cuci kulit yg teriritasi urin dgn sabun dan air hangat
Ø Pakai pelembabBila sudah teriritasi dokter dpt meresepkan salep steroid.
Ø Bladder training
Ø Melatih kembali kandung kemih untuk mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih.

Melakukan Kateterisasi








                                    Pada wanita                                                    Pada Pria

a.      Pengertian
Katerisasi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan katerisasi dapat dilakukan melalui dua cara : intermiten (straight kateter) dan indwelling (foley kateter).

Indikasi
Tipe Intermiten
·       Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi
·       Retensi akut setelah trauma uretra
·       Tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgestik
·       Cedera pada tulang belakang
·       Degenerasi neuromuskular secara progresif
·       Pengeluaran urin residual

Tipe Indwelling
·      Obstruksi aliran urin
·      Pascaoperasi uretra dan struktur di sekitarnya
·      Obstruksi uretra
·      Inkontinensia dan disorientasi berat

a.      Tujuan
·      Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
·      Untuk pengumpulan spesimen urine
·      Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
·      Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan

b.      Alat
a.    Tromol steril berisi
b.    Gass steril
b.    Deppers steril
c.    Handscoen
d.   Cucing
e.    Neirbecken
f.     Pinset anatomis
g.    Doek
h.    Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
i.      Tempat spesimen urine jika diperlukan
j.      Urobag
k.    Perlak dan pengalasnya
l.      Disposable spuit
m.  Selimut


c.       Prosedur kerja
Untuk Pasien Pria
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur
3.      Atur ruangan / pasang sampiran
4.      Pasang perlak / alas
5.      Gunakan sarung steril
6.      Pasang duk steril
7.      Pegang penis dengan tangan sebelah kiri, lalu preputium ditarik sedikit ke pangkalnya dan bersihkan dengan kapas sublimat / savlon.
8.      Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung kateter (kurang lebih 12,5-17,5 cm), lalu masukkan pelan-pelan (kurang lenih 17,5-20 cm) sambil anjurkan untuk menarik napas.
9.      Jika tertahan jangan dipaksa/tegangkan
10.  Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya untuk yang dipasang tetap, dan bila tidak dipasang tetap tarik kembali sambil pasien disuruh napas dalam.
11.  Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah atas paha / abdomen
12.  Rapikan alat
13.  Cuci tangan

Untuk Pasien Wanita
1.    Cuci tangan
2.    Jelaskan prosedur
3.    Atur ruangan / pasang sampiran
4.    Pasang perlak / alas
5.    Gunakan sarung steril
6.    Pasang duk steril\
7.    Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (kurang lebih 3 kali hingga bersih)
8.    Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri lalu bersihkan bagian dalam
9.    Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung kateter (kurang lebih 2,5-5 cm), lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan untuk menarik napas (kurang lenih 2,5-5 cm) atau hingga urin keluar.
10.                         Setelah selesai, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya menggunakan spuit untuk yang dipasang tetap dan bila tidak dipasang tetap tarik kembali sambil suruh pasien untuk napas dalam.
11.                         Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah samping
12.                         Rapikan alat
13.                         Cuci tangan

2.2.4 Evaluasi
v  Klien mampu berkemih secara normal tanpa mengalami gejala-gejala ggn perkemihan
v  Karakteristik urin : kekuningan, jernih, tidak mengandung unsur yg abnormal
v  Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yg mempengaruhi eliminasi
v  Tidak terjadi komplikasi akibat perubahan pola eliminasi


















BAB III
PENUTUP
2.3    Kesimpulan
1.      Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Urin dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.
2.       Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
3.      Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu diet dan asupan (intake), respons keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat , aktivitas, tingkat perkembangankondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus otot, pengobatan, dan pemeriksaan diagnostik

2.4    Saran
1.    Kita  harus  lebih  memperhatikan  kebutuhan  eliminasi  uri dalam kehidupan kita sehari-hari. 
2.    Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine. 















DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Mediak.
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC.
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC
Teguh Subianto. 2011. Prosedur Pemasangan Kateter Kandung Kemih. http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/prosedur-pemasangan-kateter-kandung.html. Diakses tanggal 10 Maret 2012 Pukul 21.11